Sosialisasi INSINAS dan PPTI, serta Persiapan Indonesia Menuju Peringkat 1 Dunia untuk Koleksi Kayu (Xylarium)
B2P2EHD (Samarinda, 10/9/2018) Selasa, 4 September 2018 bertempat di Gedung Laboratorium Keanekaragaman Hayati (KEHATI), Universitas Mulawarman telah dilaksanakan dua agenda penting, antara lain : 1. Sosialisasi Insentif Riset Sistem Inovasi Nasional (INSINAS) dan Program Pengembangan Teknologi (PPTI) dari Direktorat Pengembangan Teknologi Industri, Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), dan
2. Sosialisasi Alat Identifikasi Kayu Otomatis dan Rencana Pengembangan Xylarium dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, Badan Litbang dan Inovasi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Acara ini diselenggarakan atas Kerjasama Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) UNMUL dengan Direktorat Pengembangan Teknologi Industri, Kemenristekdikti dan dihadiri sekurangnya 100 orang peserta yang berasal dari Balitbang Kementerian, Balitbang Daerah, Industri (BUMN atau Swasta), Lembaga Penelitian, dan Perguruan Tinggi di Kalimantan Timur.
Program INSINAS dan PPTI merupakan program yang digagas Kemenristekdikti agar visi dan misi tersebut terlaksana dengan baik. Dimana hasil riset diharapkan dapat memberikan output dengan tingkat kesiapan teknologi yang tinggi dengan melibatkan berbagai disiplin ilmu dan institusi yang saling melengkapi satu dengan yang lainnya.
Melalui paparannya, Dr. Juhantono dari Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan (Ditjen Risbang) menyatakan bahwa dengan adanya Program INSINAS dan PPTI diharapkan akan memberikan satu target yang jelas yang ingin dicapai dalam satu periode riset dan pengembangan, sehingga akan memberi arah kepada peneliti tentang apa yang ingin dituju.
“Program ini juga diperuntukkan agar dapat mempercepat kemanfaatan hasil riset dan inovasi untuk masyarakat”, imbuhnya.
Dr. Juhantono menambahkan bahwa riset dengan dukungan teknologi kekinian memungkinkan pemanfaatannya secara lebih efektif dan efisien.
“Dukungan gadget mau tidak mau akan berperan penting dalam setiap bagian kehidupan kita”, lanjutnya.
Beliau juga memberikan informasi penting bahwa pengajuan proposal penelitian dapat berupa penelitian awal ataupun yang telah merupakan pengembangan dari penelitian yang telah memperoleh hasil dengan menyebutkan sampai sejauhmana yang telah dicapai dan target ke depannya.
Beliau juga mengingatkan agar pihak yang berminat mengajukan proposal INSINAS dan PPTI dapat segera menyiapkan, mengingat termin waktu pengusulan untuk periode 2019 adalah September -Oktober 2018.
Acara dilanjutkan dengan pemaparan Dr. Krisdianto dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan mengenai Sosialisasi Alat Identifikasi Kayu Otomatis dan Rencana Pengembangan Xylarium Indonesia menjadi no 1 Dunia.
Dr. Krisdianto mengungkapkan bahwa Indonesia yang memiliki lebih kurang 4000 jenis pohon tropis sangat berpotensi untuk mengkoleksi kayu (xylarium) dengan jumlah yang dapat melebihi Belanda (125.000 spesimen), USA (105.000 Spesimen) dan Belgia (69.000 spesimen).
“Saat ini Indonesia masih berada di urutan keempat dengan mengkoleksi sebanyak 67.864 spesimen, padahal sangat memungkinkan Indonesia memperoleh peringkat SATU mengingat potensinya yang luar biasa sebagai negara tropis yang kaya akan keanekaragaman hayati,” imbuhnya.
“Melalui sinergi berbagai pihak baik instansi pemerintah, Industri (BUMN atau Swasta), Lembaga Penelitian, Perguruan Tinggi maupun Individu, hal tersebut akan sangat mungkin diwujudkan,” lanjutnya.
Dengan optimis, Dr. Krisdianto menyatakan bahwa dengan perangkat pengenalan/identifikasi kayu otomatis berbasis smartphone yang diperkenalkannya, maka memungkinkan user untuk dengan akurat menentukan jenis kayu yang akan menjadi target pencarian.
Acara berikutnya dilanjutkan dengan kunjungan ke Museum Kayu, Kebun Raya UNMUL Samarinda (KRUS) guna menjajaki kemungkinan kerjasama mewujudkan pendataan koleksi Xylarium Indonesia menjadi NOMOR SATU DUNIA. (RIZMA)