Penentuan Awal Puasa yang Akurat dan Menyatukan Umat

natorang


Penentuan Awal Puasa yang Akurat dan Menyatukan Umat

1 Ramadan Muhammadiyah adalah hari pertama bulan Ramadan yang ditetapkan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Penetapan awal Ramadan oleh Muhammadiyah didasarkan pada hasil hisab hakiki wujudul hilal yang dipedomani oleh Majelis Tarjih dan Tajdid.

Penetapan 1 Ramadan Muhammadiyah memiliki peran penting dalam mengatur waktu ibadah puasa Ramadan bagi umat Islam yang mengikuti perhitungan Muhammadiyah. Selain itu, penetapan ini juga menjadi acuan bagi pemerintah dalam menentukan hari libur nasional dan cuti bersama selama bulan Ramadan.

Dalam sejarahnya, Muhammadiyah telah menetapkan awal Ramadan secara mandiri sejak tahun 1924. Penetapan ini didasarkan pada metode hisab yang dikembangkan oleh M. Bashori, seorang ulama Muhammadiyah. Metode hisab ini kemudian dikenal sebagai Hisab Hakiki Wujudul Hilal, yang menjadi standar perhitungan awal Ramadan Muhammadiyah hingga saat ini.

1 Ramadan Muhammadiyah

1 Ramadan Muhammadiyah merupakan hari pertama bulan Ramadan yang ditetapkan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Penetapan ini memiliki beberapa aspek penting, di antaranya:

  • Hisab Hakiki: Metode perhitungan awal Ramadan yang digunakan Muhammadiyah.
  • Wujudul Hilal: Kriteria penentuan awal Ramadan berdasarkan visibilitas hilal.
  • Ijtihad: Upaya penetapan awal Ramadan berdasarkan pertimbangan ilmu pengetahuan dan agama.
  • Tradisi: Penetapan awal Ramadan Muhammadiyah telah menjadi tradisi yang diikuti oleh banyak umat Islam di Indonesia.
  • Toleransi: Muhammadiyah menghormati perbedaan pendapat dalam penentuan awal Ramadan.
  • Persatuan: Penetapan awal Ramadan Muhammadiyah memperkuat persatuan umat Islam.
  • Acuan Pemerintah: Pemerintah menjadikan penetapan awal Ramadan Muhammadiyah sebagai salah satu referensi dalam menentukan hari libur nasional.
  • Dakwah: Penetapan awal Ramadan menjadi sarana dakwah Muhammadiyah tentang pentingnya ibadah puasa.
  • Ukhuwah: Bulan Ramadan menjadi momen untuk mempererat tali persaudaraan antar umat Islam.
  • Refleksi: Bulan Ramadan menjadi waktu yang tepat untuk melakukan refleksi dan perbaikan diri.

Kesepuluh aspek tersebut saling terkait dan membentuk kesatuan yang utuh dalam penetapan 1 Ramadan Muhammadiyah. Penetapan ini tidak hanya mengatur waktu ibadah puasa, tetapi juga memiliki makna mendalam bagi umat Islam dalam menjalankan ibadah dan mempererat tali persaudaraan.

Hisab Hakiki


Hisab Hakiki, Ramadhan

Hisab Hakiki merupakan metode perhitungan awal Ramadan yang dikembangkan oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah. Metode ini didasarkan pada perhitungan astronomi dan matematika untuk menentukan posisi bulan.

  • Posisi Bulan: Hisab Hakiki menghitung posisi bulan berdasarkan ephemeris dan almanak astronomi.
  • Konjungsi: Metode ini menentukan konjungsi antara matahari dan bulan, yaitu saat bulan berada di antara matahari dan bumi.
  • Ijtimak: Hisab Hakiki menghitung waktu ijtimak, yaitu saat bulan baru muncul setelah konjungsi.
  • Wujudul Hilal: Metode ini mempertimbangkan visibilitas hilal (bulan sabit) setelah ijtimak.

Hisab Hakiki digunakan oleh Muhammadiyah untuk menetapkan awal Ramadan karena dianggap sebagai metode yang akurat dan ilmiah. Metode ini memungkinkan Muhammadiyah untuk menetapkan awal Ramadan secara pasti dan seragam di seluruh Indonesia.

Wujudul Hilal


Wujudul Hilal, Ramadhan

Wujudul hilal merupakan salah satu kriteria penting dalam penetapan awal Ramadan Muhammadiyah. Menurut Hisab Hakiki, awal Ramadan ditetapkan ketika hilal sudah terlihat setelah matahari terbenam. Visibilitas hilal ditentukan berdasarkan perhitungan astronomis dan pengamatan langsung.

Pengamatan hilal dilakukan oleh tim pemantau yang ditugaskan oleh Muhammadiyah di berbagai daerah di Indonesia. Jika hilal terlihat oleh tim pemantau, maka Muhammadiyah akan menetapkan keesokan harinya sebagai 1 Ramadan. Jika hilal tidak terlihat, maka Muhammadiyah akan menggenapkan bulan Sya’ban menjadi 30 hari dan menetapkan 1 Ramadan pada hari berikutnya.

Kriteria wujudul hilal sangat penting dalam penetapan awal Ramadan Muhammadiyah karena menjadi penanda dimulainya ibadah puasa. Dengan menggunakan kriteria ini, Muhammadiyah dapat menetapkan awal Ramadan secara pasti dan seragam di seluruh Indonesia.

Ijtihad


Ijtihad, Ramadhan

Ijtihad merupakan salah satu aspek penting dalam penetapan 1 Ramadan Muhammadiyah. Ijtihad adalah upaya penetapan hukum Islam berdasarkan dalil-dalil yang kuat dari Al-Qur’an dan Sunnah. Dalam konteks penetapan awal Ramadan, ijtihad dilakukan dengan mempertimbangkan ilmu pengetahuan dan agama.

Ilmu pengetahuan yang digunakan dalam ijtihad adalah ilmu astronomi. Ilmu astronomi digunakan untuk menghitung posisi bulan dan menentukan waktu konjungsi dan ijtimak. Sementara itu, agama menjadi dasar pertimbangan dalam menentukan kriteria visibilitas hilal. Muhammadiyah menetapkan bahwa awal Ramadan adalah ketika hilal sudah terlihat setelah matahari terbenam.

Baca Juga :  Pawai Tarhib Ramadan: Wahana Penuh Inspirasi dan Pencerahan Jelang Bulan Suci

Ijtihad menjadi komponen penting dalam penetapan 1 Ramadan Muhammadiyah karena memungkinkan Muhammadiyah untuk menetapkan awal Ramadan secara akurat dan sesuai dengan dalil-dalil agama. Dengan mempertimbangkan ilmu pengetahuan dan agama, Muhammadiyah dapat menentukan waktu awal Ramadan yang tepat dan seragam di seluruh Indonesia.

Tradisi


Tradisi, Ramadhan

Penetapan awal Ramadan Muhammadiyah menjadi sebuah tradisi karena beberapa alasan:

  • Kepercayaan: Umat Islam di Indonesia percaya bahwa Muhammadiyah adalah organisasi Islam yang kredibel dan memiliki metode perhitungan awal Ramadan yang akurat.
  • Konsistensi: Muhammadiyah telah menetapkan awal Ramadan secara konsisten selama bertahun-tahun, sehingga masyarakat terbiasa dengan penetapan tersebut.
  • Persatuan: Penetapan awal Ramadan Muhammadiyah menjadi acuan bersama bagi umat Islam di Indonesia, sehingga memperkuat persatuan dalam menjalankan ibadah puasa.

Tradisi ini memiliki dampak positif bagi umat Islam di Indonesia, antara lain:

  • Kemudahan: Umat Islam tidak perlu ragu-ragu dalam menentukan awal Ramadan karena sudah ada acuan yang jelas dari Muhammadiyah.
  • Ketenangan: Penetapan awal Ramadan yang pasti memberikan ketenangan bagi umat Islam dalam mempersiapkan diri menjalankan ibadah puasa.
  • Toleransi: Tradisi ini menunjukkan sikap toleransi antarumat Islam yang berbeda pendapat dalam penentuan awal Ramadan.

Dengan demikian, tradisi penetapan awal Ramadan Muhammadiyah memiliki peran penting dalam mengatur waktu ibadah puasa dan memperkuat persatuan umat Islam di Indonesia.

Toleransi


Toleransi, Ramadhan

Toleransi merupakan sikap saling menghormati dan menghargai perbedaan pendapat. Dalam konteks penetapan awal Ramadan, Muhammadiyah menunjukkan sikap toleransi dengan menghormati perbedaan pendapat yang ada di kalangan umat Islam.

  • Pengakuan Perbedaan: Muhammadiyah mengakui bahwa ada perbedaan pendapat dalam menentukan awal Ramadan. Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan metode perhitungan dan kriteria visibilitas hilal.
  • Dialog dan Musyawarah: Muhammadiyah membuka ruang dialog dan musyawarah untuk membahas perbedaan pendapat tersebut. Dialog ini dilakukan dengan melibatkan para ulama, ahli astronomi, dan perwakilan dari berbagai organisasi Islam.
  • Penghargaan Metode Lain: Muhammadiyah menghargai metode perhitungan awal Ramadan yang digunakan oleh organisasi Islam lain, seperti Nahdlatul Ulama dan pemerintah.
  • Penetapan Mandiri: Meskipun Muhammadiyah menghormati perbedaan pendapat, namun tetap memiliki kewenangan untuk menetapkan awal Ramadan secara mandiri berdasarkan metode Hisab Hakiki Wujudul Hilal.

Sikap toleransi Muhammadiyah dalam penentuan awal Ramadan memiliki dampak positif, antara lain:

  • Persatuan Umat: Sikap toleransi membantu menjaga persatuan umat Islam meskipun terdapat perbedaan pendapat.
  • Harmonisasi Sosial: Sikap toleransi mencegah terjadinya perselisihan dan konflik sosial akibat perbedaan pendapat.
  • Kedewasaan Beragama: Sikap toleransi menunjukkan kedewasaan beragama dan pemahaman yang mendalam tentang ajaran Islam yang menekankan pentingnya persatuan dan menghargai perbedaan.

Dengan demikian, toleransi Muhammadiyah dalam penentuan awal Ramadan merupakan bagian penting dari komitmen Muhammadiyah untuk memperkuat persatuan umat Islam dan menciptakan harmoni sosial.

Persatuan


Persatuan, Ramadhan

Penetapan awal Ramadan Muhammadiyah memiliki peran penting dalam memperkuat persatuan umat Islam. Penetapan awal Ramadan yang sama di seluruh Indonesia memungkinkan umat Islam untuk memulai ibadah puasa secara bersamaan, sehingga mempererat tali persaudaraan dan kebersamaan.

  • Keseragaman Waktu Ibadah: Penetapan awal Ramadan yang sama membuat umat Islam menjalankan ibadah puasa pada waktu yang sama, sehingga memperkuat rasa kebersamaan dalam beribadah.
  • Sholat Tarawih Bersama: Penetapan awal Ramadan yang sama juga memungkinkan umat Islam untuk melaksanakan sholat tarawih secara bersama-sama di masjid atau musholla, sehingga mempererat tali silaturahmi dan memperkuat rasa persatuan.
  • Kegiatan Sosial Keagamaan: Penetapan awal Ramadan yang sama juga mendorong umat Islam untuk mengadakan berbagai kegiatan sosial keagamaan bersama, seperti buka puasa bersama, santunan anak yatim, dan pembagian zakat, sehingga memperkuat rasa persatuan dan kebersamaan.
  • Ukhuwah Islamiyah: Penetapan awal Ramadan yang sama memperkuat ukhuwah Islamiyah atau persaudaraan antarumat Islam, karena mereka merasa memiliki tujuan yang sama dalam menjalankan ibadah puasa.

Dengan demikian, penetapan awal Ramadan Muhammadiyah menjadi salah satu faktor penting dalam memperkuat persatuan umat Islam. Penetapan awal Ramadan yang sama memungkinkan umat Islam untuk menjalankan ibadah puasa bersama-sama, mempererat tali silaturahmi, dan memperkuat rasa persaudaraan.

Acuan Pemerintah


Acuan Pemerintah, Ramadhan

Penetapan awal Ramadan Muhammadiyah memiliki peran penting dalam menentukan hari libur nasional di Indonesia. Pemerintah menjadikan penetapan awal Ramadan Muhammadiyah sebagai salah satu referensi dalam menyusun kalender hari libur nasional.

  • Keseragaman Hari Libur: Penetapan awal Ramadan yang sama di seluruh Indonesia memungkinkan pemerintah untuk menetapkan hari libur nasional yang seragam, sehingga memudahkan masyarakat dalam mengatur kegiatan dan perjalanan selama bulan Ramadan.
  • Kepastian Waktu Libur: Penetapan awal Ramadan yang pasti memberikan kepastian waktu libur bagi masyarakat, sehingga mereka dapat mempersiapkan diri dengan baik dan mengatur jadwal kegiatan selama bulan Ramadan.
  • Koordinasi Antarinstansi: Penetapan awal Ramadan Muhammadiyah sebagai referensi memudahkan koordinasi antarinstansi pemerintah dalam mengatur kegiatan dan pelayanan publik selama bulan Ramadan, seperti pengaturan jam kerja, layanan kesehatan, dan keamanan.
  • Penyesuaian Kegiatan: Penetapan awal Ramadan yang jelas memungkinkan pemerintah dan masyarakat untuk menyesuaikan kegiatan dan program dengan waktu ibadah puasa, sehingga tidak mengganggu pelaksanaan ibadah dan kegiatan sosial keagamaan selama bulan Ramadan.
Baca Juga :  Rahasia Tersembunyi Hadis Puasa Ramadhan yang Wajib Diketahui

Dengan demikian, penetapan awal Ramadan Muhammadiyah sebagai acuan pemerintah dalam menentukan hari libur nasional memiliki dampak yang positif bagi masyarakat. Penetapan awal Ramadan yang sama dan pasti memberikan kemudahan, kepastian, dan koordinasi yang baik dalam mengatur kegiatan selama bulan Ramadan.

Dakwah


Dakwah, Ramadhan

Penetapan awal Ramadan oleh Muhammadiyah tidak hanya berfungsi sebagai penanda waktu ibadah puasa, tetapi juga menjadi sarana dakwah bagi Muhammadiyah untuk menyampaikan pesan tentang pentingnya ibadah puasa kepada masyarakat luas.

  • Peneguhan Makna Puasa: Melalui penetapan awal Ramadan, Muhammadiyah mengajak umat Islam untuk merenungkan kembali makna dan tujuan ibadah puasa, yaitu untuk meningkatkan ketakwaan, menahan hawa nafsu, dan memperbanyak amal kebaikan.
  • Pengingat Kewajiban: Penetapan awal Ramadan juga berfungsi sebagai pengingat bagi umat Islam akan kewajiban mereka untuk menjalankan ibadah puasa. Muhammadiyah menyerukan kepada umat Islam untuk mempersiapkan diri secara lahir dan batin menjelang bulan Ramadan.
  • Syiar Islam: Penetapan awal Ramadan oleh Muhammadiyah merupakan salah satu bentuk syiar Islam di tengah masyarakat. Melalui penetapan ini, Muhammadiyah mengajak masyarakat untuk lebih mengenal dan memahami ajaran Islam.
  • Dakwah Bil Hal: Penetapan awal Ramadan oleh Muhammadiyah juga merupakan bentuk dakwah bil hal, yaitu dakwah melalui tindakan nyata. Dengan menjalankan ibadah puasa sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan, Muhammadiyah memberikan contoh kepada masyarakat tentang pentingnya menjalankan ibadah puasa.

Dengan demikian, penetapan awal Ramadan oleh Muhammadiyah memiliki peran penting dalam menyebarkan pesan tentang pentingnya ibadah puasa kepada masyarakat luas. Melalui penetapan ini, Muhammadiyah mengajak umat Islam untuk merenungkan makna puasa, mempersiapkan diri untuk menjalankan ibadah puasa, dan menjadikannya sebagai sarana untuk meningkatkan ketakwaan dan memperkuat ukhuwah Islamiyah.

Ukhuwah


Ukhuwah, Ramadhan

Penetapan 1 Ramadan Muhammadiyah memiliki dampak yang signifikan terhadap penguatan ukhuwah Islamiyah antar umat Islam. Ukhuwah merupakan salah satu nilai penting yang ditekankan dalam ajaran Islam, dan bulan Ramadan menjadi momentum yang tepat untuk merealisasikannya.

  • Kebersamaan dalam Beribadah: Penetapan awal Ramadan yang sama memungkinkan umat Islam untuk melaksanakan ibadah puasa secara bersama-sama, sehingga memperkuat rasa kebersamaan dan persaudaraan.
  • Kegiatan Sosial Keagamaan: Bulan Ramadan juga menjadi sarana untuk mempererat ukhuwah melalui berbagai kegiatan sosial keagamaan, seperti buka puasa bersama, santunan anak yatim, dan pembagian zakat. Kegiatan-kegiatan ini mendorong umat Islam untuk saling berbagi dan membantu, sehingga memperkuat rasa persaudaraan.
  • Silaturahmi dan Maaf-memaafan: Bulan Ramadan juga menjadi kesempatan untuk mempererat silaturahmi dan saling memaafkan. Umat Islam saling mengunjungi dan bersilaturahmi, serta saling memaafkan kesalahan yang pernah dilakukan, sehingga memperkuat ikatan persaudaraan.
  • Ta’awun dan Gotong Royong: Penetapan awal Ramadan yang sama juga mendorong sikap ta’awun (saling tolong menolong) dan gotong royong antar umat Islam. Hal ini terlihat dalam berbagai kegiatan sosial keagamaan yang dilakukan secara bersama-sama, seperti membersihkan masjid, menyiapkan makanan untuk buka puasa, dan sebagainya.

Dengan demikian, penetapan 1 Ramadan Muhammadiyah memiliki peran penting dalam memperkuat ukhuwah Islamiyah antar umat Islam. Penetapan awal Ramadan yang sama memungkinkan umat Islam untuk melaksanakan ibadah puasa bersama-sama, terlibat dalam kegiatan sosial keagamaan, mempererat silaturahmi, dan saling tolong menolong, sehingga memperkuat rasa persaudaraan dan kebersamaan.

Refleksi


Refleksi, Ramadhan

Penetapan 1 Ramadan Muhammadiyah menjadi penanda dimulainya bulan Ramadan, yang merupakan waktu yang tepat bagi umat Islam untuk melakukan refleksi dan perbaikan diri.

Refleksi selama bulan Ramadan sangat penting karena beberapa alasan. Pertama, bulan Ramadan merupakan waktu untuk meningkatkan ibadah dan ketakwaan kepada Allah SWT. Melalui refleksi, umat Islam dapat mengevaluasi amalan dan perilaku mereka, serta mencari cara untuk memperbaiki diri.

Baca Juga :  Rahasia Doa Puasa Sebulan Penuh: Rahasia Terungkap!

Kedua, bulan Ramadan merupakan waktu untuk menahan hawa nafsu dan mengendalikan diri. Dengan melakukan refleksi, umat Islam dapat mengidentifikasi kelemahan dan kekurangan mereka, serta berupaya untuk mengatasinya.

Ketiga, bulan Ramadan merupakan waktu untuk memperbanyak amal kebaikan. Melalui refleksi, umat Islam dapat merencanakan dan melaksanakan berbagai kegiatan positif yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.

Penetapan 1 Ramadan Muhammadiyah sebagai penanda dimulainya bulan Ramadan memberikan kesempatan bagi umat Islam untuk mempersiapkan diri secara mental dan spiritual dalam menyambut bulan penuh berkah ini. Dengan melakukan refleksi dan perbaikan diri selama bulan Ramadan, umat Islam diharapkan dapat meraih manfaat dan kebaikan yang maksimal dari ibadah puasa.

Tanya Jawab tentang 1 Ramadan Muhammadiyah

Berikut adalah beberapa pertanyaan umum dan jawabannya tentang penetapan 1 Ramadan Muhammadiyah:

Pertanyaan 1: Bagaimana Muhammadiyah menetapkan awal Ramadan?

Jawaban: Muhammadiyah menetapkan awal Ramadan berdasarkan metode Hisab Hakiki Wujudul Hilal, yang menghitung posisi bulan berdasarkan ephemeris dan almanak astronomi, serta mempertimbangkan visibilitas hilal setelah matahari terbenam.

Pertanyaan 2: Apa dasar pertimbangan Muhammadiyah dalam menetapkan awal Ramadan?

Jawaban: Pertimbangan Muhammadiyah dalam menetapkan awal Ramadan didasarkan pada ilmu pengetahuan (astronomi) dan agama (kriteria visibilitas hilal dalam hadis Nabi Muhammad SAW).

Pertanyaan 3: Mengapa Muhammadiyah menetapkan awal Ramadan secara mandiri?

Jawaban: Muhammadiyah menetapkan awal Ramadan secara mandiri karena memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk mengatur ibadah umatnya, termasuk dalam hal penentuan awal Ramadan.

Pertanyaan 4: Apakah penetapan awal Ramadan Muhammadiyah selalu sama dengan pemerintah?

Jawaban: Tidak selalu. Muhammadiyah memiliki metode perhitungan dan kriteria visibilitas hilal sendiri, sehinggaada perbedaan penetapan awal Ramadan dengan pemerintah.

Pertanyaan 5: Bagaimana sikap Muhammadiyah terhadap perbedaan pendapat dalam penentuan awal Ramadan?

Jawaban: Muhammadiyah menghormati perbedaan pendapat dalam penentuan awal Ramadan dan membuka ruang dialog untuk mencari titik temu.

Pertanyaan 6: Apa hikmah dari penetapan awal Ramadan Muhammadiyah?

Jawaban: Penetapan awal Ramadan Muhammadiyah memberikan kepastian waktu ibadah, memperkuat persatuan umat Islam, dan menjadi sarana dakwah tentang pentingnya ibadah puasa.

Kesimpulan: Penetapan 1 Ramadan Muhammadiyah didasarkan pada pertimbangan ilmu pengetahuan dan agama, serta memiliki peran penting dalam mengatur ibadah umat Islam dan mempererat persatuan.

Bagian Artikel Selanjutnya: Dampak Penetapan 1 Ramadan Muhammadiyah

Tips Menyambut 1 Ramadan Muhammadiyah

Bulan Ramadan merupakan bulan yang penuh berkah dan ampunan. Untuk menyambut bulan suci ini, ada beberapa tips yang dapat dilakukan:

Tip 1: Persiapan Mental dan Spiritual

Persiapkan mental dan spiritual dengan memperbanyak ibadah, seperti sholat sunnah, membaca Al-Qur’an, dan berdzikir. Dengan mempersiapkan diri secara mental dan spiritual, kita dapat menyambut Ramadan dengan lebih baik.

Tip 2: Persiapan Fisik

Persiapkan fisik dengan menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh. Konsumsi makanan yang sehat dan bergizi, serta olahraga secara teratur. Dengan fisik yang sehat, kita dapat menjalankan ibadah puasa dengan lancar.

Tip 3: Persiapan Keuangan

Persiapkan keuangan dengan bijak. Sisihkan sebagian penghasilan untuk zakat fitrah, sedekah, dan keperluan lainnya selama Ramadan. Dengan mempersiapkan keuangan dengan baik, kita dapat beribadah dengan tenang.

Tip 4: Persiapan Sosial

Persiapkan diri secara sosial dengan mempererat tali silaturahmi dengan keluarga, teman, dan tetangga. Saling memaafkan dan berbagi kebahagiaan dapat memperkuat hubungan sosial selama Ramadan.

Tip 5: Persiapan Lingkungan

Persiapkan lingkungan dengan menciptakan suasana yang kondusif untuk beribadah. Bersihkan rumah, masjid, dan lingkungan sekitar. Dengan lingkungan yang bersih dan nyaman, kita dapat fokus pada ibadah selama Ramadan.

Kesimpulan:

Menyambut 1 Ramadan Muhammadiyah dengan persiapan yang matang dapat membantu kita menjalankan ibadah puasa dengan baik dan memperoleh manfaat yang maksimal dari bulan suci ini.

Penutup

Penetapan 1 Ramadan Muhammadiyah memiliki arti penting dalam mengatur waktu ibadah umat Islam dan mempererat persatuan. Penetapan ini didasarkan pada pertimbangan ilmu pengetahuan dan agama, serta menjadi bagian dari tradisi dan dakwah Muhammadiyah.

Dengan menyambut 1 Ramadan Muhammadiyah dengan baik, umat Islam dapat menjalankan ibadah puasa dengan khusyuk dan memperoleh manfaat yang maksimal dari bulan suci ini. Penetapan awal Ramadan juga menjadi momentum untuk memperkuat ukhuwah Islamiyah, melakukan refleksi diri, dan meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT.

Youtube Video:



Artikel Terkait

Bagikan:

natorang

Saya adalah seorang penulis yang sudah berpengalaman lebih dari 5 tahun. Hobi saya menulis artikel yang bermanfaat untuk teman-teman yang membaca artikel saya.